Alkisah
ada sebuah dongeng inspiratif, di sebuah desa yang sama, tinggal Tono, Tony,
dan Tommy.
Tono adalah seorang tukang batu, dia juga punya kebiasaan buruk
yaitu bermabuk-mabukan dan tidur dengan wanita-wanita tuna susila.
Tony adalah seorang petani. Dia adalah seorang pekerja keras dan
cukup taat dengan agama. Dia bekerja mengelola sawah dan ladangnya dari pagi
hingga sore. Pada saat panen, tak lupa ia menyisihkan sepersepuluh hasil
ladangnya untuk orang-orang tidak mampu.
Tommy adalah seorang Imam. Ia sangat dikenal di desa itu karena nasihat-nasihatnya
yang motivatif. Banyak orang kembali bertobat pada Tuhan saat mendengar nasihatnya.
Ia adalah seseorang yang total melayani Tuhan.
Pada suatu hari, nasib yang cukup aneh menimpa mereka. Mereka bertiga
terjangkit penyakit lepra. Karena sudah peraturan adat, mereka bertiga harus
segera diasingkan dari desa tersebut. Penduduk kawatir mereka akan menyebarkan
penyakit mengerikan itu. Sebuah gubug kecil pun dibuatkan oleh warga di
pinggiran desa, dan mereka bertiga tinggal disana.
Suatu malam, mereka bertiga mendapatkan mimpi sama. Di dalam
mimpi itu mereka mendengar Tuhan berkata, “Berdoalah, maka kalian akan sembuh.”
Mereka pun segera melaksanakan apa yang dikatakan oleh mimpi tersebut. Setiap
pagi dan malam mereka selalu berdoa meminta kesembuhan.
Setelah tiga hari, Tono si pemabuk itu akhirnya sembuh. Dia
segera pulang ke desa dan merasa sangat yakin bahwa Tuhan lebih menyayanginya
dari pada dua orang yang lain itu.
Setelah tiga bulan, Tony si petani juga sembuh. Dia juga segera pulang
ke desa dan terheran-heran mengapa Tuhan lebih sayang kepadanya dari pada si Tommy
yang notabene seorang Imam. “Reputasi suci imam itu pasti palsu!” gumamnya pada
dirinya sendiri. Petani tersebut juga masih bertanya-tanya kenapa si pemabuk
malah sembuh lebih dulu.
Tahun demi tahun pun berlalu. Tommy si Imam tidak lelah berdoa
kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan, namun kesembuhan itu tak kunjung tiba.
Tak ada lagi orang-orang yang datang menjenguknya. Bahkan wajah dan tubuhnya
sekarang sudah berubah menjadi mengerikan.
Pada suatu malam, si Tommy tersebut akhirnya bermimpi lagi. Ia
bermimpi mendengar suara Tuhan berkata,”Tommy,
aku tahu hatimu terusik dengan peristiwa ini, engkau tentu ingin tahu kenapa si
pemabuk dan si petani itu kubiarkan sembuh terlebih dulu.”
Tuhan
melanjutkan,
“Aku
menjawab doa Tono si pemabuk dengan cepat karena imannya. Percaya kepada-Ku
selama tiga hari adalah seluruh imannya. Jika Aku menundanya, mungkin dia akan
putus asa lalu bunuh diri. Untuk si petani, aku menunda kesembuhannya selama
tiga bulan karena dia memiliki kepercayaan yang lebih besar kepada-Ku. Tetapi
setelah tiga bulan, maka keyakinannya akan hilang dan dia bisa bertindak nekat
juga. Apakah engkau bisa mengerti?”
Tuhan
kembali melanjutkan,
“Karena
engkau adalah imam-Ku yang setia, Aku tidak bisa mengabaikan doamu. Engkau
adalah teman-Ku dan engkau sangat memahami hati-Ku. Buktinya, semakin lama Aku
menunda kesembuhanmu, keyakinanmu padaKu malah semakin dalam. Bahkan sekarang
engkau sudah tidak peduli lagi apakah engkau akan sembuh atau mati, engkau
hanya ingin berdoa pada-Ku. Engkau tetap beriman pada-Ku tanpa peduli apapun
yang terjadi padamu. Aku telah menjadi segala-galanya bagimu.”
Besok paginya, Tommy terbangun dan ia telah sembuh dari
penyakit lepranya.
Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, jangan menyesali keadaan kita,
tetap pada imanmu, bersyukur dan menantikan waktu Tuhan karena Waktu Tuhan adalah Yang Terbaik dan Tidak Pernah Terlambat.
Posted by Nathania G
Tags:
Story