Chong dilahirkan di sebuah keluarga miskin di
Rizhao, Provinsi Shandong 1945. Di usia yang masih kecil dan belum mengerti
apa-apa, ia sudah harus bekerja untuk membantu orang tuanya.
Di usia 14 tahun, ayahnya tiba-tiba pergi dan
tidak kembali lagi. Untuk mencari nafkah, ibunya pun membawanya dan saudaranya
untuk bekerja di Qingdao. Karena tidak tahan melihat ibunya bekerja sendiri
untuk menopang seluruh keluarga, ia pun putus sekolah dan menjadi seorang
perawat.
Pada masa menjadi perawat itulah, Chong
berkenalan dengan seorang pria asal Thailand yang kemudian menjadi suaminya.
Pada saat itu, ia mengira Tuhan telah melihat penderitaannya dan mengirimnya
seorang pangeran tampan. Ia pikir sejak saat itu ia bisa hidup bahagia. Ia juga
melahirkan 2 orang putri yang cantik dan hidup bahagia bersama suaminya selama
6 tahun.
Pada tahun 1974, suaminya tiba-tiba berkata
ingin kembali ke Thailand dan berjanji untuk membawa Chong serta kedua putrinya
setelah ia pulang untuk melihat situasi. Pada waktu itu, ekonomi Thailand jauh
lebih berkembang daripada Tiongkok. Jika mereka sekeluarga pindah ke Thailand,
tentu kehidupan mereka juga akan lebih baik.
Dan ternyata, suaminya tidak datang menjemput
mereka setelah 3 tahun pulang. Chong kemudian membawa kedua putrinya ke
Thailand untuk mencari suaminya. Begitu tiba, ia melihat kenyataan yang tidak
dapat diterimanya. Suaminya menikah lagi dengan wanita lain di Thailand dan
memiliki seorang putra.
Akhirnya terbongkar kalau suaminya menikah lagi
karena mereka tidak memiliki anak laki-laki. Di Thailand, poligami juga
diperbolehkan, sehingga keluarga suaminya membiarkannya untuk memiliki istri
kedua. Tapi bagi Chong, ini merupakan pukulan yang berat bagi martabatnya.
Walaupun ia harus menerima suaminya
berpoligami, tapi di bawah 'pemikiran kuno' yang lebih mementingkan anak
laki-laki dibanding anak perempuan, ia dan kedua putrinya sudah pasti akan
menerima perlakukan yang tidak adil. Akhirnya ia pun pergi meninggalkan
suaminya beserta kedua putrinya dengan modal uang 200 dolar (sekitar 400 ribu
Rupiah) di dompet.
Ketika transit di Hong Kong, ia menemukan bahwa
ia tidak mampu lagi membeli tiket kembali ke Tiongkok. Ia dan putrinya pun
terdampar di jalanan yang asing. Ia merasa sangat putus asa, tapi ketika
memikirkan kedua anak perempuannya, ia pun bangkit lagi dan berusaha untuk
tetap kuat.
Setelah bertanya kesana sini, Chong menyewa
sebuah kamar kecil seluas 4 meter persegi di Causeway Bay. Untuk mencari
nafkah, ia hanya tidur selama empat jam sehari dan menghabiskan sisa waktunya
untuk bekerja.
Namun, ada kejadian
yang tidak diinginkan terjadi. Chong tidak sengaja terluka saat bekerja dan
bosnya yang tidak bertanggung jawab bukan hanya tidak membayar biaya
pengobatannya, tetapi juga membuat alasan untuk tidak membayar upah dan
memecatnya.
Untungnya, dengan
bantuan pengacara yang baik, Chong berhasil mengambil kembali upahnya 4.000
dollar (8 juta Rupiah) dan biaya kompensasi sebesar 30.000 dollar (60 juta
Rupiah). Namun, Chong hanya mengambil kembali upahnya, tidak mengambil
kompensasinya. Ia berkata bahwa "martabat
lebih penting daripada uang".
Karena
kesehatannya menurun, Chong tidak bisa lagi bekerja seperti dulu. Suatu kali,
dia membuat pangsit untuk menjamu teman-temannya dan ternyata semua
teman-temannya memuji pangsit yang ia buat, enak katanya.
Kemudian
atas saran seorang teman, ia pun memulai bisnis berjualan pangsit di pinggir
jalan dengan bantuan dua putrinya.
Tidak
ada yang menyangka bahwa dari situlah, bisnisnya maju terus hingga sekarang
sudah diekspor ke berbagai negara.
Karena
enak, pangsitnya dengan cepat menjadi terkenal di Hong Kong. Orang-orang rela
antri sampai panjang demi makan semangkuk pangsit buatannya.
Pada
tahun 1983, pemilik Department Store Jepang Daimaru tiba-tiba datang ke Chong
dan berkata bahwa ia ingin berinvestasi dalam bisnis pangsitnya dan
memasarkannya di supermarket. Awalnya Chong menolak, dan pada akhirnya, setelah
perusahaan itu terus berkompromi, akhirnya Chong setuju untuk memproduksi
pangsit beku dengan merek 'Wanchai Wharf' dan masuk ke supermarket.
Kini,
pangsit Wanchai Wharf tidak lagi hanya di Hong kong, tapi sudah ada di
mana-mana. Tidak disangka Chong yang tadinya ditinggalkan oleh suaminya dan
melarat di jalanan bersama kedua orang anaknya yang masih kecil, kini telah
menjadi seorang pengusaha yang sukses dengan pendapatan tahunan sebesar 6
miliar dollar (triliunan Rupiah). Sungguh Tuhan memberkati!
Dengan
usaha dan kerja keras sendiri, wanita juga bisa sukses dan bermartabat!
Sumber: toutiao
Tags:
Story