Semangkuk Nasi


Semangkuk Nasi Putih


Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi di daratan Tiongkok. Pada sore hari, terlihat seorang pemuda yang berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan di kota. Ia menunggu sampai keadaan di dalam rumah makan sudah agak sepi, dengan malu malu ia masuk ke dalam restaurant tersebut.
Kemudian pemuda itu berkata: “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih“, ketika si pemilik rumah makan menanyakan pesanannya.


Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan dengan seksama pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun.
Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar, ia berkata perlahan, “Bolehkah menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya?”
Istri pemilik rumah makan berkata sambil tersenyum, “Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar.”
Setelah menghabiskan nasinya, pemuda tersebut lalu memesan semangkuk nasi putih lagi.
Dengan tersenyum ramah pemilik rumah berkata, “Semangkuk pasti tidak cukup untukmu anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”
“Bukan, saya akan membawa pulang, untuk besok saya jadikan sebagai bekal makan siang di sekolah.”
Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir bahwa pemuda ini tentu dari keluarga kurang mampu di luar kota dan demi belajar menuntut ilmu ia datang ke kota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan sepertinya.
Tanpa berpikir panjang, si pemilik rumah lalu menaruh sepotong daging dan telur disembunyikan di bawah nasi, dan membungkus nasi tersebut, sehingga sepintas yang terlihat hanyalah sebungkus nasi putih saja kemudian diberikan kepada pemuda tersebut.
Melihat dari perbuatan yang dilakukannya, istri dari pemilik rumah makan itu mengetahui bahwa suaminya sedang membantu pemuda ini, namun yang dia tidak mengerti, mengapa daging dan telur disembunyikan dalam nasi?
Suaminya kemudian membisik kepadanya, “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di nasinya, dia tentu akan merasa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung dan lain kali dia tidak akan datang lagi. Jika dia ke tempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”
“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”
Sepasang suami istri muda ini merasa senang bisa membantu sesama.
“Terima kasih, saya sudah selesai.” Kemudian pemuda ini pun mengambil bungkusan nasinya dan berpamitan pada si pemilik rumah makan.
Besok datanglah lagi, engkau harus tetap semangat! Kata pemilik rumah sambil melambaikan tangan, dengan maksud mengundang pemuda ini besok jangan segan segan untuk datang lagi.
Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini datang ke rumah makan mereka. Sama seperti biasa, setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi, sampai pemuda ini lulus sekolah. Dan selama 20 tahun, pemuda ini tidak pernah muncul lagi.
Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahunan, pemerintah melayangkan sebuah surat, bahwa rumah makan mereka harus digusur. Tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan, membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek, kelihatannya seperti direktur dari kantor perusahaan besar.
“Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuat perusahaan. Saya diperintahkan oleh direktur kami untuk mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami. Perusahaan kami telah menyediakan semuanya, kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian ke sana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.”
“Siapakah direktur di perusahaan anda? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat telah mengenal seorang yang begitu baik dan mulia seperti direktur anda,” tanya si pemilik rumah makan karena terheran-heran.
“Kalian adalah penolong dan kawan baik dari direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain silahkan kalian tanya sendiri kepadanya ketika bertemu nanti.
Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih itu muncul. Dia menceritakan perjalanan hidupnya, setelah bersusah payah selama 20 tahun, akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaan bisnisnya dan sekarang telah menjadi seorang direktur yang sukses.
Dia merasa, kesuksesannya pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini. Jika mereka tidak membantunya dulu, tidak munkin dia dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sukses seperti sekarang ini.
Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Lalu pemuda ini berdiri dari kursinya dan dengan membungkuk dalam dalam ia berkata kepada mereka, “Semangat ya! di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok.”

Note:
Hati suami istri ini ketika menolong si pemuda adalah tulus dan tanpa pamrih. Tidak terbersit dalam bayangannya, bahwa mereka akan mendapatkan balas budi dari si pemuda di kemudian hari.
Keinginan yang tulus ketika kita membantu orang, tentunya tidak perlu diikuti dengan hasrat bahwa sewaktu-waktu orang tersebut akan membantu kita kembali. Karena seperti kalimat di salah satu pepatah bijak: Apa yang ditanam, itulah yang dituai, Ketika kita menanam kebaikan, maka kitapun akan mendapatkan hal yang baik pula.

2 Korintus 9:7 
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.


Sumber #YPRIndonesia

Post a Comment

Silahkan berikan komentar anda sesuai dengan konten yang saya bahas diatas. komentar yang tidak relevan, spam, maka tidak akan saya publis.

Previous Post Next Post