Alkisah, sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kegemaran yang
tidak lazim, yakni mengukur kekuatan prajuritnya dengan cara mengadu mereka di
arena aduan dengan binatang buas. Banyak tentara yang mati sia-sia karena
kesenangan yang mengerikan dari raja. Tetapi, tidak ada seorang pun yang berani
menentangnya. Karena menentang perintah raja berarti mati!
Suatu ketika, hari aduan kembali tiba. Telah disiapkan
prajurit dan hewan buas. Dari kejauhan, terdengar suara raungan marah dan lapar
seekor harimau, sehingga membuat siapa pun yang mendengar menjadi ciut
nyalinya, apalagi prajurit yang akan diadu.
Setelah sang raja duduk di tempatnya, seorang prajurit pun
melangkah memasuki arena aduan dengan kepasrahan sembari berdoa, siapa tahu
keberuntungan memihaknya hingga tak perlu meregang nyawa. Tak berapa lama,
pintu kandang harimau pun dibuka. Segera si harimau mengaum sambil melangkahkan
kakinya masuk ke arena dengan sikap waspada.
Beberapa saat, aroma ketegangan pun menghiasi suasana. Si
prajurit segera menyiapkan diri untuk mempertahankan diri dari serangan
harimau. Namun, sebuah keanehan terjadi. Harimau yang terlihat ganas bukannya
segera menyerang dan siap memakan mangsanya, tetapi dia malah berputar
mengendus-endus mengitari si prajurit tanpa menunjukkan sikap bermusuhan sama
sekali.
Anehnya lagi, harimau justru berusaha mendekat ke prajurit
yang tadi sudah siap melawan harimau. Prajurit makin terheran dengan tindakan
harimau yang lantas menjulurkan lidahnya dan menjilat kaki si prajurit tanpa
bermaksud menyakiti sedikit pun. Arena aduan pun menjadi heboh.
Raja segera memerintahkan membawa si prajurit ke hadapannya.
"Hai prajurit! Apa yang telah kamu lakukan kepada harimau kelaparan itu
sehingga dia tidak melahapmu, malah seakan dia tunduk dan menghormatimu? Ilmu
apa gerangan yang kamu pakai? Segera beritahu rajamu ini," perintah sang
raja.
"Ampun baginda. Hamba juga tidak mengerti apa yang
terjadi. Hamba hanya pasrah sembari bersiap menghadapi kemungkinan terburuk
yang terjadi.
Tetapi, setelah melihat harimau yang tiba-tiba mendekati
tanpa terlihat ingin menyerang, hamba juga segera menghentikan niat hamba untuk
mempertahankan diri.
Saat itu, kemudian hamba teringat sebuah peristiwa. Dahulu,
hamba pernah menyelamatkan dan mengobati seekor harimau kecil yang sedang
diburu dan terluka. Dan sangat mungkin, harimau kecil itu adalah harimau yang
sama yang ada di arena tadi. Kebaikan masa lalu yang telah hamba perbuat dan
tidak pernah hamba ingat, ternyata telah menyelamatkan hidup hamba hari
ini."
Note :
Kisah di atas adalah gambaran nyata dari pepatah "Kita menuai apa yang kita tanam."
Dan, meski cerita
tadi sulit dipercaya, tetapi peristiwa semacam itu bisa terjadi di kehidupan
nyata. Semua hal tersebut berhubungan dengan hukum universal tentang
sebab-akibat. Walaupun kita lupa pernah berbuat baik kepada orang lain, tapi hokum
alam dari Tuhan tidak pernah lupa. Pada saatnya kelak, kita pasti akan menerima
kebaikan-kebaikan yang sepadan, bahkan melebihi apa yang pernah kita lakukan.
Begitu juga sebaliknya. Kita boleh saja lupa pernah berbuat
jahat pada orang lain. Namun, bila saatnya telah tiba, kita pasti akan menerima
ganjaran yang setimpal dengan perbuatan kita. Hal tersebut sejalan dengan
keyakinan dan ajaran yang harus kita lakukan, yaitu menjauhkan diri dari
berbuat kejahatan yang merugikan orang lain dan selalu berbuat baik dan
membantu sesama makhluk.
Untuk itu, mari terus menanamkan benih kebaikan di setiap kesempatan yang ada, baik pada lingkungan terdekat kita maupun pada sesama. Niscaya, kita akan mampu menjalani hidup dengan penuh kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan.
Thanks for Sharing Nathania
Tags:
Story