Ada seorang kakek kaya raya yang dermawan saat di hari natal membagikan hadiah kepada setiap anak dilingkungannya. Semua anak berlomba-lomba mendapatkan hadiah yang "diinginkannya" yang disediakan kakek tersebut, dengan gembira mereka langsung meninggalkan rumah si kakek setelah mendapatkan apa yang diinginkannya. Tetapi ada seorang anak miskin yang tidak mengambil hadiah apapun dan tetap tetap tinggal dirumah kakek itu.
Kakek berkata kenapa kamu tidak mau mengambil hadiah? Anak itu menjawab, aku tidak mau hadiah dari kakek, aku mau tinggal bersama kakek, aku sebatangkara dan tidak memiliki apapun. Setiap hari aku tidur dijalanan dan menghadapi kekawatiran dan kedinginan saat malam. Kepanasan setiap siang hari. Semua orang melecehkanku, aku dianggap sampah oleh semua orang, rasanya setiap hari berhadapan dengan kematian.
Sang kakek tergerak hatinya, sambil memeluk berkata kepada anak itu, mulai sekarang kamu tinggal dengan kakek dan tidak ada seorangpun akan merendahkanmu. Kakek akan menyekolahkanmu, supaya kamu menjadi pandai dan kelak dapat "mengelola" harta kakek dengan benar dan kamu dapat membantu orang yang membutuhkan.
Anak miskin itu sangat beruntung, dia mendapatkan "pemberi berkat" dibandingkan "berkat" yang disediakan.
Pertanyaannya adalah:
Kenapa hanya anak miskin itu saja yang "mampu" mendapatkan yang terbaik?
Karena anak itu tidak memiliki apapun yang dapat diandalkan, dia sadar apa gunanya memperoleh "hadiah" tetapi tidak tau cara menikmatinya jika masih tinggal dijalanan.
Kondisi anak itu sama dengan kondisi bangsa Israel saat akan menyeberangi sungai Yordan setelah berputar-putar selama 40 th padang gurun menuju kanaan. Tanah (Tanah Perjanjian) yang dijanjikan sudah didepan mata hanya dibatasi sungai Yordan dari tempat mereka berada saat itu.
Ulangan 8:2
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
Demikian juga hidup anda.
Jika saat ini anda sedang terhimpit, serasa mau mati, seluruh dunia seolah2 menentangmu.
Sebenarnya hidupmu sudah dekat dengan Anugerah Tuhan, jika Tuhan masih ada dihatimu dan percaya Dia sanggup memberikan apa yang di tetapkan-Nya bagimu.
Jika hatimu penuh kekawatiran, kegeraman, iri, dengki, ketidak puasaan ketika menghadapi masalah, artinya anda perlu terlebih dahulu menyelesaikannya dahulu dihadapan Tuhan. Karena sikap yang demikian tidak berhak masuk kedalam "Tanah perjanjian hidupmu".
Ketika kamarmu dalam kondisi gelap, cara mengusir kegelapannya adalah dengan menyalakan lampu kamarmu, karena kegelapan tidak dapat menguasai terang.
Demikian juga untuk mengusir kegelapan hatimu adalah isi hatimu dengan terang Tuhan, baca dan renungkan Firman Tuhan, tetaplah berdoa, jangan tinggalkan persekutuan dengan saudara seiman, cari hamba Tuhan atau siapapun ketika anda ada butuh penguatan iman.
Dengan demikan caramu memandang akan berubah, menjadi penuh keyakinan bahwa Tuhan dipihakmu dengan kekuatan-Nya sanggup menyediakan semua kebutuhanmu. Itulah sikap hati yang berhak masuk kedalam "Tanah Perjanjian hidupmu"
Saudaraku sebentar lagi hari Natal, sambutlah terang yang disediakan Tuhan, "Terang Tuhan" yang menyinari hatimu adalah hadiah natal terbaik.
Hendaklah kita saling mendoakan supaya "terang natal" menyinari hidup kita semua.
Thanks for sharing Petrus N
Tags:
Story

