Malam itu, acara menonton televisi dirumah kami agak terganggu. Ribuan semut memenuhi layar televisi kami. Belum lagi bunyi kresek-kresek tak jelas mengganggu telinga. Padahal dua hari yang lalu, setidaknya 80% dari gambarnya masih dapat kami nikmati. Program hiburan favorit yang telah ditunggu-tunggu menjadi sama sekali tidak menghibur. Malam yang seharusnya indahpun, perlahan tapi pasti menjadi menjengkelkan.
Jelas bukan salah stasiun televisi. Mereka tentu tetap memancarkan sinyalnya dengan sangat bagus. Dan tetangga memberitahu kami bahwa televisi mereka baik-baik saja. Kesalahan bukan terletak pada stasiun televisi, bukan pada televisi diruang keluarga, kesalahan ada pada antena televisi kami.
Entah apa penyebabnya antena kami lebih cepat berkarat dari yang seharusnya. Begini nih kalau beli antena yang murah, salah satu dari antara kami menyalahkan. Aku sendiripun tidak mengingat dengan pasti, apakah benar antena yang kami beli memang terlalu murah jadi bahan bakunya tidak bagus dan cepat berkarat. Ucapan itu lebih dari sekedar mencari kambing hitam untuk menyalurkan kekesalan. Seharusnya kita mencari dan membeli antena yang sesuai dengan kualitas yang bagus, keputusan yang diambil dalam memilih antena buat kami harusnya tepat, jangan sampai salah mengambil keputusan. Apa yang kita beri itu yang kita tuai.
Namun jika dipikir-pikir, betapa hidup kita seringkali sangat mirip dengan Si Antena Berkarat itu. Cukup banyak penderitaan, pergumulan dan masalah yang timbul hanya karena salah memutuskan. Kita mengira TUHAN diam jauh disana tak peduli, padahal diri-diri kitalah yang harusnya berbenah diri. Ribuan kali bertanya dan mengeluh lewat doa. Kita kira Ia, Sang Pemberi Petunjuk diam seribu bahasa, padahal telinga inilah yang tak mampu mendengar akan suara Surga.
Dunia membutakan mata hati kita, hingga tak mampu melihat kebaikan Nya. Lalu hidup terasa kian sulit. Kehidupan yang seharusnya indah, malah berbalik menghajar kita hingga lebih dari sekedar babak belur. Berputar-putar kelelahan dan mengenaskan.
Jelas itu bukan takdir kita. Takdir kita adalah berbahagia di dunia, sesuai dengan Rencana Tuhan untuk menciptakan kita. Lalu mengapa ini semua terjadi ? Pasti ada something wrong...
Padahal, TUHAN yang Maha Kasih itu dapat dipastikan tetap setia. Tidak hanya menunggu, namun dengan segala Kasih-Nya. Ia selalu mengarahkan kita menuju kehidupan yang penuh dengan segala kebaikan dan rahmat.
Ternyata memang sesuatu harus dilakukan. Sesuatu yang memang merupakan porsi kita. Dan sesuatu itu adalah: membersihkan diri dari segala dosa ibarat karat. Sehingga kita tidak salah pilih, tersesat kemudian menderita, bukan karena tidak dikasihi, bukan karena ditinggalkan, namun hanya karena berdosa ibarat berkarat.
Note:
Mari kita belajar untuk menyerahkan jiwa dan raga kita pada Tuhan, biarkan Tuhan tuntun kita dalam segala hal, supaya kita tidak salah lagi dan lagi dalam mengambil keputusan, supaya kita tidak cepat berkarat seperti antena murahan. God bless ....
Tags:
Story