Pada waktu itu juga
ia memberitahukan suatu tanda ajaib, katanya: “Inilah tanda ajaib, bahwa Tuhan telah berfirman: Bahwasanya
mezbah itu akan pecah, sehingga tercurah abu yang di atasnya.” Demi
raja Yerobeam mendengar perkataan abdi Allah yang diserukannya terhadap mezbah
di Betel itu, ia mengulurkan tangannya dari atas mezbah dan berkata:
“Tangkaplah dia!” Tetapi tangan yang diulurkannya terhadap orang itu menjadi
kejang, sehingga tidak dapat ditariknya kembali.
Mezbah itu pun pecahlah, sehingga abu yang di atasnya tercurah, sesuai dengan tanda ajaib yang
diberitahukan abdi Allah itu atas perintah Tuhan. Lalu
berbicaralah raja dan berkata kepada abdi Allah itu: “Mohonkanlah belas kasihan Tuhan,
Allahmu, dan berdoalah untukku, supaya tanganku dapat kembali.” Dan abdi Allah
itu memohonkan belas kasihan Tuhan, maka tangan raja itu dapat kembali dan
menjadi seperti semula.
Kemudian berbicaralah raja kepada abdi Allah itu: “Marilah
bersama-sama dengan aku ke rumah, segarkan badanmu, sesudah itu aku hendak
memberikan suatu hadiah kepadamu.” Tetapi abdi Allah itu berkata kepada
raja: “Sekalipun setengah dari istanamu kauberikan kepadaku, aku tidak mau
singgah kepadamu, juga aku tidak mau makan roti atau minum air di tempat
ini. Sebab beginilah diperintahkan kepadaku atas firman Tuhan: Jangan makan roti atau minum air dan jangan kembali
melalui jalan yang telah kau tempuh itu.” Lalu pergilah ia melalui
jalan lain dan tidak kembali melalui jalan yang telah diambilnya untuk datang
ke Betel.
Di Betel diam seorang nabi tua. Anak-anaknya datang
menceritakan kepadanya segala perbuatan yang dilakukan abdi Allah pada hari itu
di Betel. Mereka menceriterakan juga kepada ayah mereka perkataan yang
dikatakannya kepada raja. Kemudian ayah mereka bertanya: “Dari jalan
manakah ia pergi?” Lalu anak-anaknya menunjukkan kepadanya jalan yang diambil
abdi Allah yang datang dari Yehuda itu. Ia berkata kepada anak-anaknya:
“Pelanai keledai bagiku!” Mereka memelanai keledai baginya, lalu ia
menunggangnya dan pergi mengikuti abdi Allah itu dan mendapatinya duduk di
bawah sebuah pohon besar. Ia bertanya kepadanya: “Engkaukah abdi Allah yang
telah datang dari Yehuda?” Jawabnya: “Ya, akulah itu.”
Katanya kepadanya: “Marilah bersama-sama aku ke rumah untuk
makan roti.” Tetapi jawabnya: “Aku tidak dapat kembali bersama-sama engkau
dan singgah kepadamu, aku tidak dapat makan roti atau minum air bersama-sama
engkau di tempat ini, sebab telah diperintahkan kepadaku atas firman Tuhan: Jangan makan roti atau
minum air di sana. Jangan berjalan pulang melalui jalan yang telah kau ambil
itu.”
Lalu jawabnya kepadanya: “Aku pun seorang nabi juga seperti engkau
dan atas perintah Tuhan seorang malaikat telah berkata kepadaku:
Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum
air.”
Tetapi ia berbohong kepadanya. Kemudian orang itu
kembali bersama-sama dia, lalu makan roti dan minum air di rumahnya.
Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah
firman Tuhan kepada nabi yang telah membawa dia pulang. Ia
berseru kepada abdi Allah yang telah datang dari Yehuda: “Beginilah firman Tuhan: Karena engkau telah memberontak terhadap titah Tuhan dan
tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan kepadamu
oleh Tuhan, Allahmu, tetapi kembali dan makan roti dan minum air di
tempat ini walaupun Ia telah berfirman kepadamu: Jangan makan roti atau minum
air, maka mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu.”
Setelah orang itu makan roti dan minum air, dipelanailah
keledai baginya. Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia diserang seekor singa dan mati diterkam.
Mayatnya tercampak di jalan dan keledai itu berdiri di sampingnya, singa itu
pun berdiri di samping mayat itu.
Dari cerita di atas abdi Allah adalah nabi Allah, Perintah
Tuhan adalah Kehendak Tuhan adalah Yang Terbaik. Tuhan Tahu jika nabi muda
berhenti dan makan minum dahulu dan melanjutkan perjalanan akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. Tetapi pelanggaran kita terhadap Perintah Tuhan,
biasanya akan berakibat fatal.
Ketaatan pada Tuhan Allah kita itu adalah jaminan hidup kekal.
Sejak jaman dulu sampai saat ini, ketidaktaatan pada Tuhan berakhir maut/fatal.
Ketaatan pada Tuhan Allah kita itu adalah jaminan hidup kekal.
Sejak jaman dulu sampai saat ini, ketidaktaatan pada Tuhan berakhir maut/fatal.
Tags:
Story
